14 Januari 2010

Jalan Asia Afrika Bandung.


above: wajah hotel Savoy-Homann yg bergaya art-deco

Jalan Asia Afrika di Bandung merupakan jalan yang membelah Bandung dari Timur ke Barat. Jalan ini tak lain merupakan bagian dari proyek Jalan Anyer - Panarukan yang dicetuskan oleh Gubernur Jenderal Belanda saat itu yaitu Daendels. Pada waktu pembuatan Jalan ini, Daendels memasang sebuah penanda jalan di pinggir jalan ini dan sekarang berada di depan Kantor dinas perhubungan dan dikenal sebagai patok Bandung nol Kilometer. Maksud Dari Daendels membangun Patok jalan tersebut adalah menyuruh Bupati Bandung tersebut untuk memindahkan pusat kota Bandung yang saat itu masih berada di Dayeuh Kolot ke daerah di lembah sungai Cikapundung (yaitu sekitar patok Bandung nol kilometer). Namun sejatinya, jauh sebelum peletakan patok tersebut oleh Daendels, Bupati Bandung saat itu, R.A Wiranatakusumah II, telah merencanakan untuk membangun sebuah pusat kota baru di daerah lembah sungai Cikapundung. Kebetulan saja, proyek jalan raya pos tersebut melewati bakal calon ibu kota Bandung yang baru sehingga Daendels menancapkan patok nol kilometer tersebut.

Lalu mengapa dinamakan jalan Asia Afrika??
Coba kita flashback kembali ke tahun 1955. Pada saat itu terdapat sebuah event bersejarah yang diadakan di Kota Bandung. coba tebak peristiwa apa itu?????
Yak peristiwa tersebut adalah Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Gedung Merdeka pada Bulan April 1955. Kebetulan, Gedung Merdeka itu terletak di tepi jalan raya cetusan Daendels.

Banyak sekali bangunan bersejarah di sepanjang jalan ini. selain Gedung Merdeka, juga terdapat bangunan bersejarah lainnya seperti Hotel Savoy-Homann dan hotel Grand Preanger. Hotel tersebut memiliki peranan penting dalam terselenggaranya Konferensi Asia Afrika yaitu sebagai tempat para anggota delegasi KAA menginap. Lebih ke Barat, anda akan menjumpai alun - alun kota Bandung lengkap dengan Masjid Agung Bandung beserta menaranya yang tinggi.

Selain kaya akan warisan sejarah, jalan ini juga mempunyai sarana edukatif. tak lama setelah menyebrang Sungai Cikapundung, akan dijumpai belokan ke kanan. Jika anda belok di belokan tersebut, anda akan memasuki kawasan atau sentra buku bekas Cikapundung. di sentra ini anda akan mendapatkan buku - buku bekas berkualitas dengan harga yang murah. WOw Bahkan terakhir kali saya ke sana, saya menjumpai buku karangan Ir.Soekarno yang berjudul "Di Bawah Bendera Revolusi jlid pertama".. Sentra buku ini memang wajib untuk dikunjungi jika anda seorang kolektor buku bekas atau buku langka.
Tak ada salahnya jika anda mencoba untuk menyusuri jalan ini. bisa jadi jalan - jalan di sepanjang jalan ini menjadi pengalaman yang sangat mengesankan anda.
(below): Pedestrian di depan Gedung Merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar